Media Sosial juga jadi korban hiruk pikuk Kampanye


Karena berulang-ulang terbukti sangat efektif dalam mengarahkan dan membentuk opini publik, tidak ayal media sosial juga menjadi ajang tarung para peserta pemilihan umum. Kini tidak hanya pemandangan mata, pohon, atau tembok (baik milik publik maupun milik pribadi) yang menjadi korban brutalitas kampanye. Sudah sejak lama tembok jadi kotor penuh tempelan gambar, pohon-pohon juga ditempeli dengan dipaku, sehingga pemandangan di berbagai wilayah yang awalnya cukup asri menjadi kotor dan semrawut gara-gara kampanye. Sekarang media sosial pun di spam berbagai text dan gambar kampanye.
Kemudahan pengelolaan akun-akun media sosial menyebabkan mudah sekali membentuk pasukan kampanye di dunia maya. Satu orang bisa memiliki belasan bahkan puluhan akun yang tujuannya hanya satu: menebar item-item yang dikampanyekan. Meskipun tidak diakui sebagai pasukan bayaran (semua peserta pemilu menyatakan bahwa akun-akun pendukung di media sosial adalah orang yang nyata dan berkampanye secara sukarela tanpa bayaran), kehadiran cyber army ini cukup mengganggu. Betapa tidak, banyak akun yang 'rela' memposting sesuatu belasan kali sehari, komen di akun orang lain juga belasan kali dengan isi yang sama: materi kampanye.
Sebenarnya mudah menghindari mereka; tinggal unfollow saja atau unfriend sekalian, maka akun kita akan bersih dari spam kampanye. Namun kemudahan membuat akun (harus diingat bahkan tersedia jasa yang menyediakan follower atau friend di media sosialm, sehingga akun abal-abal pun dapat dengan mudah memiliki ratusan teman atau ribuan follower) tetap saja menyulitkan 'pembersihan' akun media sosial milik kita yang tidak ditujukan untuk kampanye.
Kesulitan membersihkan juga diakibatkan oleh para pengelola media sosial yang menyediakan fasilitas beriklan. Dengan bayaran, setiap orang bisa beriklan dengan text yang tentu saja dapat disesuaikan. Iklan seperti ini tidak bisa tidak muncul di akun kita yang memanfaatkan fasilitas 'gratis' media sosial. Benar bahwa di dunia ini termasuk dunia maya internet tidak ada yang benar-benar gratis. Kita yang memiliki akun secara gratis harus rela membayar berupa menerima iklan yang tidak kita inginkan. Ada fasilitas untuk menghilangkan iklan tertentu, namun sekali lagi fasilitas berbayar bisa membuat orang beriklan kapan saja untuk keperluan apa saja.
Mudah-mudahan selesai musim hiruk pikuk kampanye, media sosial akan bersih kembali dan nyaman digunakan untuk bersosialisasi.

Previous Post
Next Post